Materi Kuliah: Bentuk-bentuk Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Macam-macam atau bentuk  Instrumen Penilaian Hasil Belajar- Macam-macam atau bentuk Instrument penilaian itu dibagi atas dua yakni Tes dan Non tes.  Dalam versi bahasa inggris ini dikenal dengan  Instrument test Assessment. Biasaynya materi ini diberikan di bangku kuliah tentang "Teaching, Testing,  Assessment" . Nah, untuk penjelasan lebih detail lagi tentang Bentuk-bentuk Instrument penilainan, berikut matri yang bisa di jadikan referensi. 




Tes dapat  didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Bila dilihat dari konstruksinya maka tes dapat diklasifikasikan menjadi:

a.       Tes Essay (Uraian)
  •  Pengertian Tes Essay (Uraian)

Tes essay adalah butir soal yag mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Ciri khas tes essay adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkonstruksikan butir soal, tetapi harus dipasok oleh peserta tes. Jadi yang terutama membedakan tipe soal objective dan tipe soal uraian adalah siapa yang menyediakan jawaban atau alternative jawaban terhadap soal atau tugas yang diberikan. Butir soal tipe uraian hanya terdiri dari pertanyaan atau tugas (kadang-kadang juga harus disertai dengan beberapa ketentuan dalam menjawab soal tersebut), dan jawaban sepenuhnya harus dipirkan oleh peserta tes.Setiap peserta tes dapat memilih, menghubungkan dan menyampaikan gagasannya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Dengan pengertian ini maka akan segera kelihatan bahwa pemberian skor terhadap jawaban soal tidak mungkin dilakukan secara objektiv.

  •  Kelebihan Tes Essay (Uraian)

1)      Tes essay dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hasil belajar yang kompleks.
2)  Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan keterampilan mengintegrasikan berbagai buah pikiran dan sumber informasi ke dalam suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah. Integrasi buah pikiran itu membutuhkan dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya.

3)      Bentuk tes essay lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes dan yang lain.

4)      Memudahkan dosen untuk menyusun butir soal. Kemudahan ini dapat disebabkan karena jumlah butir soal tidak perlu terlalu banyak dan dosen tidak selalu harus memasok jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar.

5)      Tes essay sangan menekankan kemampuan menulis. Karena akan sangat mendorong mahasiswa dan dosen untuk belajar dan mengajar menyatakan pikiran secara tertulis. 


  • Kelemahan Tes Essay (Uraian)

1)      Reliabilitas rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes yang parallel diuji ulang beberapa kali.

2)      Untuk menyelesaikan tes essay dengan baik dosen dan mahasiswa harus menyediakan waktu cukup banyak.

3)      Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan.
4)      Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama membedakan prestasi belajar antar mahasiswa.

  • Penggunaan Tes Essay (Uraian)

1)      Bila jumlah mahasiswa atau peserta ujian terbatas maka soal uraian  dapat digunakankarena masih mungkin bagi dosen untuk dapat memeriksa hasil ujian tersebut dengan baik.

2)      Bila waktu yang dipunyai dosen untuk mempersiapkan soal sangat terbtas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memerikasa hasil ujian, maka soal uraian dapat digunakan.

3)      Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan bahasa secara tertib, maka haruslah menggunakan tes uraian.

4)      Bila dosen ingin mempereoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung dalam soal ujian tetapi dapat disim[ulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai atau pendapat.

5)      Bila dosen ingin memperoleh hasil pengalaman belajar mahasiswanya, maka tes uraian merupakan salah satu bentuk yang paling cocok untuk mengukur pengalaman belajar tersebut.

  •  Klasifikasi Tes Essay (Uraian)

Tes uraian secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes uraian bebas, tes uraian terbuka dan tes uraian terbatas, tes uraian objektif. Pembedaan kedua jenis tes uraian ini adalah besarnya kebebasan yang diserikan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan menyatakan pikiran dan gagasannya.

  •  Aturan Untuk Menyusun Tes Essay (Uraian)  Yang Baik

1)      Sediakan kesempatan bagi para siswa untuk mempelajari bagaimana cara mempersiapkan diri dan mengikuti ulangan.

2)      Yakinkan diri anda bahwa pertanyaan-pertanyaan telah diarahkan dan dirumuskan secara berhati-hati.

3)      Bila struktur pertanyaan disusun berdasrakan isi pelajaran dan panjang, maka banyaknya pertanyaan dapat ditambah dan maslah diskusi agar dikurangi.

4)      Guru harus memilki kerangka petunjuk dalam penyususnan pertanyaan tes agar tidak menimbulkan salah tafsir dan kebimbangan pada orang lain, terutama jika terjadi kritik dari guru lainnya.

5)      Jangan menggunakan pertanyaan yang dapat menimbulkan berbagai kemungkinan jawaban, karena semua siswa harus mengerjakan tes yang sama.

6)      Sediakan waktu yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan pilihan.

b.      Tes Objective
Butir soal objektif adalah butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban yang telah dipasok oleh pengkonstruksi butir soal,. Peserta hanya harus memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan jawaban peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya yang objektif itu maka tidak selalu penskoran harus dilakukan oleh manusia. Pekerjaan tersebut dapat dilakukan oleh mesin seperti mesin scanner. Jadi yang dimaksud dengan tes objektif ialah tes yang dapat diskor secara objektif.

Secara umum ada tiga tipe tes objektif, yaitu:
a)      Benar salah (true false)

Tipe benar salah (True false item) adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan, yang disertai dengan alternative jawaban yaitu menyatakan pernyataan tersebut benar atau salah, atau keharusan memilih satu dari dua alternative jawaban lainnya. Alternatif jawaban itu dapat saja berebntuk benar-salah atau setuju tidak setuju, baik tidak baik atau cara lain asalkan alternative itu mutual eksklusif.

1)      Keunggulan butir soal tipe benar salah
Ø  Mudah dikonstruksi
Ø  Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan.
Ø  Mudah diskor
Ø  Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang berkenaan dengan ingatan.

2)      Kekurangan butir soal tipe benar salah
  •   Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban
  •   Terlalu menekankan kepada ingatan.
  •  Meminta respon peserta tes yang berbentk penilaian absolute sedangkan dalam kenyataannya hasil belajar itu kebanyakan bukanlah sesuat kebenaran absolute tanpa kondisi.

3)      Beberapa petunjuk konstruksi butir soal benar-salah

  •  Setiap butir soal harus menguji atau mengukur hasil belajar peserta tes yang penting dan bermakna, tidak menanyakan hal yang remeh (trivial). Misalnya:

Lemah                    : B-S    Bung Hatta dilahirkan di Bukit Tinggi
Lebih Baik            :  B-S   Pemikiran Bung Hatta tentang hak asasi manusia telah diabadikan dalam pasal-pasal UUD 1945

  •  Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya ingat.. Misalnya:

Lemah                   : B-S Hukum Newton I menyatakan bahwa setiap benda akan bergerak lurus beraturan atau diam, jika tidak ada resultan gaya yang bekerja pada benda itu.
Lebih Baik            : B-S Penumpang bis yang duduk tenang dalam bis yang berjalan dengan kecepatan 80 km /jam akan terdorong kedepan bila bis diberhentikan secara tiba-tiba.
  •  Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar. Misalnya:

Lemah                   : B-S Sebelum dilakukan pernikahan calon pengantin laki-laki diharuskan melamar calon pengantin wanita.
Lebih Baik            : B-S Dalam masyarakat ptrilinial pihak calon pengantin pria diharapkan lebih mengambil inisiatif daripada pihak calon pengantin wanita.


  •  Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi seorang peserta tes yang belajar, dan jawaban yang slaha kelihatan lebih seakan-akan benar bagi peserta tes yang tidak belajar dengan baik. Misalnya:

B-S : Makanan kaleng lebih mahal harganya daripada makanan segar (S).
B-S : Bahasa ilmiah yang digunakan di pesantren di Jawa Barat pada awal abad ke 20 adalah bahasa Arab dan bahasa Jawa (B).
  •  Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Jadi butir soal tersebut harus menggunakan kalimat sesingkat mungkin. Misalnya:


Lemah                   : B-S Kekalahan Jermana terhadap Sekutu dalam Perang Dunia II bukan disebabkan oleh ketidakmampuan Jerman dalam strategi memenangkan pertempuran tetapi lebih disebabkan oleh kelemahan semangat perang rakyat Jerman.
Lebih Baik            : B-S Hilangnya semangat perang rakyat Jerman adalah penyebab utama kekalahan Jerman terhadap sekutu dalam Perang Dunia II


  • Menyertakan jawaban yang benar bila peserta tes memilih jawaban S. Dengan memasok jawaban yang seharusnya bila jawaban yang dipilih S maka peserta tes harus dapat mendemonstrasikan penguasaan bahan yang diujikan.
  • Dalam bentuk penulisan sederetan pernyataan sebagai kelanjutan dari suatu pernyataan sebelumnya.


b)     Menjodohkan (matching)
Tipe menjidohkan ditulis dalam 2 kolom. Kolom pertama adalah pokok soal atau stem atau biasa juga disebut premis. Kolom kedua adalah kolom jawaban. Tugas peserta ujian ialah menjodohkan pernyataan dibawah kolom premis dengan pernyataan-pernyataan yang ada dibawah kolom jawaban.
Bila tes harus dikerjakan di lembaran jawaban yang terpisah, maka pernyataan dibawah kolom pertama ditulis urutan nomor, dimulai dengan nomor urut soal sebelumnya. Dengan demikian setiap nomor pernyataan dibawah kolom pertama adalah sebuah stem butir soal  yang alternative jawabannya secara bersama terdapat di bawah kolom kedua.


Kelebihan:
- Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.
- Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal baik yang berhubungan langsung maupun tidak secara langsung.
- Mudah dikonstruksi sehingga dosen dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat mengkonstruksi sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu pokok bahasan tertentu.
- Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji.
- Mudah diskor.
Kekurangannya:
Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan. Untuk dapat menghindarkan kelemahan ini maka konstruksi butir soal tipe ini harus dipersiapkan secara hati-hati.

  • Prinsip Konstruksi tipe menjodohkan

- Pernyataan dibawah kolom pertama dan dibawah kolom kedua masing-masing haruslah terdiri dari kelompok yang homogen. Misalnya:
- Pernyataan dibawah kolom kedua harus lebih banyak dari pernyataan di bawah kelompok pertama. Untuk memudahkan penyediaan lembaran jawaban yang seragam, maka dianjurkan supaya jumlah pernyataan di bawah kolom pertama berkisar antara 3 atau 4 buah. Sedangkan pernyataan dibawah kolom kedua adalah 5. Dengan demikian lembaran jawaban akan seragam denga betuk butir soal pilihan ganda lainnya.

c)      Pilihan berganda (multiple choice)
Tipe pilihan berganda adalah suatu butir soal yang alternative jawabannya lebih dari dua. Pada umumnya jumlah alternative jawaban berkisar antara 4 atau 5 jawaban.
  • Kelebihan butir soal pilihan ganda

- Butir soal tipe pilihan ganda dapat dikontruksi dan digunakan untuk mengukur segala level tujuan instruksional, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks.
-  Setiap perangkat tes dapat mencakup hampis seluruh cakupan bidang studi.
- Penskoran hasil kerja peserta dapat dikerjakan secara objektifa.
- Tipe butir soal dapat dikonstruksi sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.
- Jumlah option yang dapat disediakanmelebihi dua. Karena itu akan dapat mengurangi keinginana peserta tes untuk menebak.
- Tipe butir soal pilhan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik. Butir soal dapat dikonstruksi dengan dilakukan uji coba terlebih dahulu.
- Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendali, dengan hanya mengubah tingkat homegenitas alternative jawaban.
- Informasi yang diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapt memberikan informasi tentang peserta tes lebih banyak kepada dosen, terutama bila butir soal itu memiliki homegenitas yang tinggi.
  • Kekurangan butir soal pilihan ganda

- Sukar dikonstruksi. Kesukaran dalam mengkonstruksi butir soal tipe ini terutama untuk menemukan alternative jawaban yang homogen. Acapkali dosen mengkonstruksikan butir soal dengan hanya satu alaternatif jawaban yang tersedia, yaitu kunci jawaban.
-  Ada kecendrungan bahwa dosen mengkonstruksi butir soal tipe ini dengan hanya menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif.
-  “Testwise” memepunyai pengaruh yang berarati terhadap hasil tes peserta. Jadi, makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes tipe pilihan ganda, makin besar kemungkinan ia akan memperoleh skor yang lebih baik.
  •  Ragam Tipe pilihan ganda

·         Pilihan ganda biasa
·         Pilhan ganda analisis hubungan antar hal
·         Pilihan ganda analisis kasus
·         Pilihan ganda kompleks
·         Pilihan ganda yang menggunakan diagram, gambar, grafik atau table.

2.      Instrumen non tes Penilaian Hasil Belajar

Alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar non tes terutama digunakan untuk mengukur perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik daripada apa yang akan diketahui dan dipahaminya. Dengan kata lain alat pengukuran seperti itu terutama berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati daripada pengetahuan dan proses mental lainnya yag tidak dapat diamati dengan indera. Di samping itu, alat ukur seperti ini memang merupakan satu kesatuan dengan alat ukur tes lainnya, karena tes pada umumnya mengukur apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dikuasai oleh peserta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Tetapi, belum ada jaminan bahwa yang mereka miliki dalam kemampuan mental itu dapat didemonstrasikan dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa alat ukur lain yang dapat memeriksa kemampuan atau penampilan tentang apa yang telah diketahui dan dimiliki dalam tindakan sehari-hari. Jadi, alat ukur non tes merupakan bagian keseluruhan dari alat ukur hasil belajar peserta didik.


  • Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution

Alat ukur keberhasilan belajar non tes yang umum digunakan yaitu:
1.      Participation Charts atau bagan partisipasi
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu proses belajar mengajar ialah keikutsertaan peserta didik secara sukarela dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Jadi, keikutsertaan tersebut selain merupakan salah satu usaha memudahkan peserta didik untuk memahami konsep yang sedang dibicarakan dan meningkatkan daya tahan ingatan untuk mengenai suatu isi pelajaran tertentu, juga dimaksudkan untuk menjadikan proses belajar mengajar sebagai alat meningkatkan percaya diri, harga diri, dan lain-lain. Dengan demikian keikutsertaan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran harus diukur, karena ia memiliki informasi yang kaya tentang hasil belajar yang bersifat non-kognitif. Sungguhpun participation charts belum dapat memberikan informasi tentang alasan seseorang ikut serta dalam suatu kegiatan, tetapi pola keikutsertaan dalam aktivitas sudah dapat menjelaskan suatu hasil belajar yang penting yang bersifat non-kognitif  yaitu lebih bersifat afektif. Participation Charts ini terutama berguna untuk mengamati kegiatan diskusi kelas.
           
 2. Check Lists (Daftar cek)
             Esensi dari Check Lists adalah untuk menyatakan ada atau tidaknya suatu unsur, komponen, sifat, karakteristik atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks. Dalam daftar cek pengamat hanya dapat menyatakan ada atau tidaknya suatu hal yang sedang diamati, bukan memberi peringkat atau derajat kualitas hal tersebut seperti pada rating scale. Check List bermanfaat untuk mengukur hasil belajar yang berupa produk maupun prosedur atau proses yang dapat dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi secara operasional dan sangat spesifik. Check Lists terdiri dari dua bagian yaitu komponen yang akan diamati dan tanda yang menyatakan ada atau tidaknya komponen tersebut dalam observasi.
         
  c. Rating scale  (Skala Lajuan)
       Rating scale adalah alat pengukuran non-tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi sesuatu dalam hubungannya dengan yang lain. Biasanya berisikan seperangkat pernyataan tentang karakteristik atau  kualitas dari sesuatu yang akan diukur beserta pasangannya berbentuk semacam cara menilai. Jadi suatu rating scale terdiri atas 2 bagian yaitu: (1) adanya pernyataan tentang keberadaan atau kualitas keberadaan dari suatu unsure atau karakteristik tertentu, dan (2)adanya semacam petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut.


        4. Skala sikap  
                        Sikap sebagai suatu konstruk psikologi harus memenuhi 2 kriteria yaitu dapat diamati dan dapat diukur. Sikap adalah identitas kecenderungan positif atau negative terhadap suatu objek psikologis tertentu.  Untuk mengukur sikap harus dikonstruksi skala sikap, yang dimulai dengan menentukan dan mendefinisikan objek sikap yang akan diukur atau dengan klata lain ”sikap terhadap apa?”. Dengan demikian harus ditentukan batas-batas objek sikap yang akan diukur. Misalnya sikap orang terhadap hukuman mati, bunuh diri atau kaum fundamentalis dan sebagainya. Setelah itu dikumpulkan butiir-butir pernayataan tentang objek sikap tersebut. Barulah kemudian ditentukan format jawaban yang akan digunakan dan cara penskoran.

Demikian Materi Referensi sederhana ini. Semoga Bentuk-bentuk Instrument penilaian Hasil belajar ini bisa membantu anda dalam mengembangkan profesionalisme menjadi seorang guru nantinya. Semoga bermanfaat.!! 

0 Response to "Materi Kuliah: Bentuk-bentuk Instrumen Penilaian Hasil Belajar"

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan komentar anda, jika ada kesalahan pada artikel yang saya posting, atau ada link mati, gambar hilang, dan jika ada saran untuk kemajuan blog ini, silahkan tulis komentar dibawah ini.... Komentar kalian sangat berarti bagi saya...

Format untuk komentar:
1. Pilih profil sebagai Name/URL
2. Isikan nama anda
3. Isikan URL (Blog/Website/Facebook/Twitter/Email/Kosongin)
4. Isikan komentar
5. Poskan komentar