Status perkawinan menjadi olok-olok politik mungkin menyenangkan bagi
orang yang tidak menghendaki Prabowo. Namun sama-sama tidak menikah lagi
hampir 17 tahun lamanya seperti yang terjadi pada pasangan Prabowo
Subianto dan Titik Suharto sesungguhnya hanya dapat dilakukan oleh
mereka yang memiliki ketulusan hati luar biasa.
Tidak ada bekas anak, begitulah seharusnya kita semua berprinsip. Ketulusan menjaga perasaan anak suatu saat akan meluluh lantakkan sikap egois pasangan suami istri. Ketika menyaksikan kehadiran putra dan mantan isteri Prabowo dalam acara debat, hampir dapat dipastikan pasangan Prabowo Subianto dan Titik Suharto akan bersatu kembali.
Terlepas dari urusan politik, kedatangan Prabowo pada haul Suharto ke 93 beberapa waktu lalu sudah dapat dibaca bahwa hubungan keluarga besar Suharto dengan Prabowo Subianto sudah mencair. Artinya, bahwa segala perbedaan masa lalu antara keluarga besar Suharto dan Prabowo sudah dilupakan.
Namun jika dikaitkan dengan pilpres, bersatunya pasangan ini akan mendapat simpati luar biasa dari kalangan wanita Indonesia yang masih mengalami diskriminasi gender. Banyaknya pelecehan seksual, pemerkosaan dan poligami adalah bukti dalam masyarakat kita masih menempatkan kaum lelaki pada posisi yang superior.
Kalau kita mengamati perbincangan di media sosial maupun pemberitaan bahwasannya 100 % mendukung rujuknya pasangan ini. Kalangan masyarakat akar rumput juga memberi perhatian terhadap rujuknya mereka. Melalui jejaring sosial tulisan dengan judul "Ketika Tiiek Soeharto Menangis" menjadi ajang dukungan kembali bersatunya antara Prabowo-Tatiek.
Ketika bersatunya pasangan ini menjadi sebuah pengharapan, pengharapan itu akan berubah menjadi harapan bangsa, akan menjadi kebanggaan bangsa,akan menjadi keharuan bangsa mengalahkan segala olok-olok yang terjadi sebelumnya. Pilpres akan menjadi haru biru karena bersatunya pasangan yang telah berpisah sekian lama diiringi oleh sebuah kejadian yang sangat mulia, sebuah kejadian yang sangat sakral dimata bangsa ini.
Suka atau tidak suka, sejak debat capres pertama digelar, tingkat popularitas dan elektabilitas Prabowo Subianto terus menguat tajam. Bahkan di Facebook, Mantan Danjen Kopassus itu menjadi politisi Indonesia dengan 'like' terbanyak yakni 5,7 juta orang. Tak hanya itu, berbagai lembaga survei mengakui peningkatan tajam elektabilitasnya. Ditambah dengan konteks kemungkinan rujuknya pasangan ini setelah sebelumnya menjadi bahan olok-olok lawan politiknya akan menjadi pelengkap harapan bangsa.
Sebagaimana hasil survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 44,64%, sedangkan Jokowi-JK 42,79%. Selain itu, swing voter atau massa mengambang (belum menentukan pilihan) sebesar 12,57%. Bukan suatu yang mustahil, simpati kepada Prabowo akan lebih banyak lagi seiring dengan tanda-tanda rujuknya Prabowo dan Titik Suharto.
Tidak ada bekas anak, begitulah seharusnya kita semua berprinsip. Ketulusan menjaga perasaan anak suatu saat akan meluluh lantakkan sikap egois pasangan suami istri. Ketika menyaksikan kehadiran putra dan mantan isteri Prabowo dalam acara debat, hampir dapat dipastikan pasangan Prabowo Subianto dan Titik Suharto akan bersatu kembali.
Terlepas dari urusan politik, kedatangan Prabowo pada haul Suharto ke 93 beberapa waktu lalu sudah dapat dibaca bahwa hubungan keluarga besar Suharto dengan Prabowo Subianto sudah mencair. Artinya, bahwa segala perbedaan masa lalu antara keluarga besar Suharto dan Prabowo sudah dilupakan.
Namun jika dikaitkan dengan pilpres, bersatunya pasangan ini akan mendapat simpati luar biasa dari kalangan wanita Indonesia yang masih mengalami diskriminasi gender. Banyaknya pelecehan seksual, pemerkosaan dan poligami adalah bukti dalam masyarakat kita masih menempatkan kaum lelaki pada posisi yang superior.
Kalau kita mengamati perbincangan di media sosial maupun pemberitaan bahwasannya 100 % mendukung rujuknya pasangan ini. Kalangan masyarakat akar rumput juga memberi perhatian terhadap rujuknya mereka. Melalui jejaring sosial tulisan dengan judul "Ketika Tiiek Soeharto Menangis" menjadi ajang dukungan kembali bersatunya antara Prabowo-Tatiek.
Ketika bersatunya pasangan ini menjadi sebuah pengharapan, pengharapan itu akan berubah menjadi harapan bangsa, akan menjadi kebanggaan bangsa,akan menjadi keharuan bangsa mengalahkan segala olok-olok yang terjadi sebelumnya. Pilpres akan menjadi haru biru karena bersatunya pasangan yang telah berpisah sekian lama diiringi oleh sebuah kejadian yang sangat mulia, sebuah kejadian yang sangat sakral dimata bangsa ini.
Suka atau tidak suka, sejak debat capres pertama digelar, tingkat popularitas dan elektabilitas Prabowo Subianto terus menguat tajam. Bahkan di Facebook, Mantan Danjen Kopassus itu menjadi politisi Indonesia dengan 'like' terbanyak yakni 5,7 juta orang. Tak hanya itu, berbagai lembaga survei mengakui peningkatan tajam elektabilitasnya. Ditambah dengan konteks kemungkinan rujuknya pasangan ini setelah sebelumnya menjadi bahan olok-olok lawan politiknya akan menjadi pelengkap harapan bangsa.
Sebagaimana hasil survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 44,64%, sedangkan Jokowi-JK 42,79%. Selain itu, swing voter atau massa mengambang (belum menentukan pilihan) sebesar 12,57%. Bukan suatu yang mustahil, simpati kepada Prabowo akan lebih banyak lagi seiring dengan tanda-tanda rujuknya Prabowo dan Titik Suharto.
Penulis : Pecel Tempe
S1288POKER Memberikan Promo Double Freechip
BalasHapusBagi Kalian semua yang ingin bergabung dan masih banyak Promo menarik lainnya
Minimal Deposit Rp.10.000,- & Wihtdraw Rp.20.000,-
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
BBM : 7AC8D76B
WA : 087782869981