Catatan tentang benteng Otanaha |
SIANG
mulai beranjak sore saat kami tiba di kompleks Benteng Otanaha. Tak
terlihat banyak pengunjung, kecuali satu-dua penduduk sekitar.
Selebihnya, sepi. Udara yang tidak terlalu panas, kerimbunan pepohonan,
dan matahari yang perlahan tenggelam membuat suasana terasa makin sepi.
K>small
2small 0<lebih terasa saat berada di kompleks bangunan benteng yang
letaknya berada di ketinggian. Tak terdengar lagi suara lalu lalang
kendaraan. Hanya semilir angin yang membuat dedaunan saling bergesek dan
menimbulkan suara gemerisik. Selebihnya bisu. Termasuk tiga bangunan
benteng yang tampak kokoh dan nyaris angker.
Berdiri
di Benteng Otanaha, sejauh mata memandang tampak sebagian Kota
Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo serta daerah-daerah lain di
sekitarnya. Bahkan, untuk melihat kerusakan Danau Limboto pun, paling
tepat bila dilihat dari atas benteng ini. Jaring- jaring apung di tengah
danau, bagian-bagian danau yang sudah menjadi permukiman atau
persawahan juga tampak sangat jelas.
Kompleks
Benteng Otanaha yang berada di ketinggian memang memungkinkan untuk
melihat semua itu. Kompleks benteng ini terdiri atas tiga buah bangunan
benteng berbentuk bulat tanpa atap.
Benteng
utama disebut Benteng Otanaha yang letaknya paling tinggi dari dua
benteng lainnya. Yang kedua Benteng Otahiya yang berada di bawah Benteng
Otanaha dan di atas Benteng Ulupahu. Ketiga, dan yang berada paling
bawah, adalah Benteng Ulupahu.
Dari
Kota Gorontalo, perjalanan ke kompleks Benteng Otanaha bisa ditempuh
dalam waktu 15 menit berkendara roda empat dalam kecepatan sedang. Untuk
pengguna angkutan kota, juga tersedia jalur ke Otanaha. Hanya saja,
kendaraan angkutan ini tidak langsung berhenti di area parkir.
Sebenarnya, dari jalan besar ke kompleks benteng hanya sekitar satu
kilometer dan cukup banyak tersedia becak motor (bentor).
Dari
area parkir, ada dua rute untuk sampai ke tiga buah bangunan benteng
ini. Rute pertama adalah melalui 657 anak tangga. Ke-657 anak tangga ini
terbagi atas tiga bagian. Bagian pertama menuju Benteng Ulupahu, yakni
59 anak tangga. Selanjutnya pada bagian kedua menuju Benteng Otahiya ada
245 anak tangga. Untuk sampai ke puncak atau ke Banteng Otanaha yang
juga benteng utama, terdapat 353 anak tangga.
Susunan
anak tangga ini cukup terjal mendaki dengan pepohonan di kiri kanannya
dan rawa-rawa di bawahnya. Bila tidak mampu mendaki lewat tangga, rute
kedua adalah melalui jalan beraspal yang juga mendaki. Jalan beraspal
ini bisa dilalui dengan kendaraan roda empat atau roda dua hingga ke
kaki bangunan Benteng Otanaha.
TAK
salah bila mengatakan sejarah Gorontalo terkait erat dengan benteng
ini. Ketiga benteng ini memiliki pengertian dan arti sendiri-sendiri.
Otanaha berasal dari kata ota (benteng) dan Naha, nama orang yang
menemukan benteng tersebut. Sementara benteng kedua berasal dari kata
Ohihiya yang adalah istri Naha. Sementara benteng ketiga, Ulupahu,
adalah akronim dari uwole yang berarti milik dari Pahu, anak Naha dan
Ohihiya.
Keberadaan
benteng ini merupakan salah satu bagian dari sejarah Gorontalo.
Alkisah, pada abad XV daratan Gorontalo sebagian besar masih merupakan
perairan. Saat itu Gorontalo masih berbentuk kerajaan dengan Raja Ilato
dan permaisurinya, Tolanguhula. Raja ini berkuasa antara tahun 1505-
1585. Pasangan raja dan ratu ini dikaruniai dua putri, yakni Ndoba dan
Tiliaya, serta seorang putra bernama Naha.
Dikisahkan,
saat menginjak usia remaja, Naha pergi merantau dan tinggallah dua
saudara perempuannya, Ndoba dan Tiliaya. Suatu saat, kapal berbendera
dan berisi orang- orang Portugis singgah di Gorontalo. Perwakilan orang
Portugis pun bertemu Raja Ilato dan menawarkan kerja sama. Hasil kerja
sama itu adalah kesepakatan untuk memperkuat sistem pertahanan dan
keamanan dalam negeri. Untuk menandai kesepakatan ini, dibangunlah tiga
benteng yang letaknya di ketinggian perbukitan Kampung Dembe I Kecamatan
Gorontalo (nama tempat sekarang). Tempat ketiga benteng inilah yang
belakangan dikenal sebagai kompleks Benteng Otanaha.
Masih
menurut sejarah, pada tahun 1525 Gorontalo diserang musuh. Karena Naha
belum tiba dari perantauan, tampillah Ndoba dan Tiliaya sebagai tokoh
pejuang yang memobilisasi penduduk untuk menghadapi musuh. Saat serbuan
musuh inilah terkuak kebusukan Portugis. Usulan kerja sama yang pernah
ditawarkan Portugis ternyata akal-akalan belaka. Buktinya, bukannya
membantu Gorontalo, Portugis malah membantu musuh Gorontalo. Dipimpin
rajanya, rakyat Gorontalo akhirnya berjuang mengusir Portugis.
Singkat
cerita, pada tahun 1585 Naha kembali dari perantauan. Saat itu dia
sudah memperistri Ohihiya dan kemudian dikaruniai dua putra, Paha (Pahu)
dan Limona. Saat kembali dari merantau, Gorontalo sedang berperang
melawan pasukan Hemuto. Naha dan keluarganya akhirnya tampil memimpin
serangan. Mereka kemudian menemukan kembali tiga bangunan benteng dan
seperti yang dilakukan orangtua dan saudaranya sebelumnya, tiga bangunan
ini juga menjadi benteng pertahanan.
Dalam
pertempuran ini, Naha dan Pahu gugur. Untuk mengenang perjuangan
mereka, ketiga benteng ini kemudian dinamai seperti nama Naha, Ohihiya
istrinya, dan Pahu, putra Naha dan Ohihiya.
Sejumlah
cerita yang kemudian beredar di masyarakat juga menyebutkan saat tak
lagi digunakan berperang, benteng ini biasanya digunakan sebagai arena
sabung ayam. Versi lain menyebutkan benteng sebagai tempat melakukan
berbagai upacara kerajaan.
“Kata
nenek saya, yang juga dia dengar dari neneknya dan nenek-nenek
sebelumnya, konon benteng ini dulu dijadikan arena sabung ayam. Biasanya
acara sabung ayam di benteng ini khusus untuk keluarga bangsawan,” ujar
Rudy Moerad, warga Kota Gorontalo.
Entah
benar entah tidak, yang pasti kompleks Benteng Otanaha menyimpan banyak
kisah dan mungkin juga rahasia. Bahkan, benteng ini pun diyakini
menjadi salah satu saksi bisu akan kekeringan dan kerusakan yang terjadi
di Danau Limboto saat ini. Konon, berpuluh bahkan beratus tahun lalu,
air Danau Limboto tingginya mencapai bagian bawah bangunan benteng.
Andai benteng ini bisa bicara….
0 Response to "Catatan tentang Benteng Otanaha"
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan komentar anda, jika ada kesalahan pada artikel yang saya posting, atau ada link mati, gambar hilang, dan jika ada saran untuk kemajuan blog ini, silahkan tulis komentar dibawah ini.... Komentar kalian sangat berarti bagi saya...
Format untuk komentar:
1. Pilih profil sebagai Name/URL
2. Isikan nama anda
3. Isikan URL (Blog/Website/Facebook/Twitter/Email/Kosongin)
4. Isikan komentar
5. Poskan komentar