Tahap-tahap Pemerolehan bahasa | Konsep dasar Pemerolehan Bahasa ini banyak dikaji di bangku kuliah. Biasanya yang mendalami materi tahap-tahap pemerolehan Bahasa ini adalah jurasan bahasa baik bahasa Inggris mau pun bahasa Indonesia. hanya perbedaan bahasa Pengantar saja. Ada pun ulasan materi Tahap-tahap pemerolehan bahasa sebagai berikut.
Tahap -tahap Pemerolehan Bahasa
1. Kurang dari 1 tahun
- Belum dapat mengucapkan kata-kata,
- Belum menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya,
- Dapat membedakan beberapa ucapan orang dewasa.
(Eimas, lewat Gleason, 1985: 2, dalam Zuchdi, 1996: 4)
Baca Juga : Pemerolehan Bahasa
2. 1 tahun
- Mulai mengoceh,
- Bermain dengan bunyi (bermain dengan jari-jari tangan dan kakinya)
- Perkembangan pada tahap ini disebut pralinguistik.
(Gleason, 1985: 2)
- Ketika bayi dapat mengucapkan beberapa kata, mereka memiliki ciri-ciri perkembangan yang universal.
-
Bentuk ucapan hanya satu kata, sederhana, mudah diucapkan dan memiliki
arti konkrit (nama benda, kejadian atau orang-orang di sekitar anak).
- Mulai pengenalan semantik (pengenalan makna).
3. 2 tahun
- Mengetahui kurang lebih memiliki 50 kata.
-
Kebanyakan mulai mencapai kombinasi dua kata yang dikombinasikan dalam
ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan atau bentuk lain
yang seharusnya digunakan.
- Mulai mengenal berbagai makna kata
tetapi tidak dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah,
jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa.
- Mulai dapat membuat .
4. Taman Kanak-kanak
- Memiliki dan memahami sejumlah besar kosa kata,
- Mampu membuat pertanyaan-pertanyaan, kalimat majemuk dan berbagai bentuk kalimat,
- Dapat berbicara dengan sopan dengan orang tua dan guru.
5. Sekolah Dasar
- Peningkatan perkembangan bahasa, dari bahasa lisan ke bahasa tulis,
- Peningkatan perkembangan penggunaan bahasa.
6. Remaja
-
Penggunaan bahasa yang khas sebagai bagian dari terbentuknya identitas
diri (merupakan usia yang sensitif untuk belajar berbahasa)(Gleason,
1985: 6)
7. Dewasa
- Terdapat perbedaan-perbedaan yang besar
antara individu yang satu dengan yang lainnya dalam perkembangan bahasa
(sesuai dengan tingkat pendidikan, peranan dalam masyarakat, dan jenis
pekerjaan
PRAKIRAAN UMUR FASE-FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT PIAGET FASE-FASE PERKEMBANGAN KEBAHASAAN
Lahir s/d 2 tahun
Periode
sensorimotor. Anak memanipulasi objek di lingkungannya dan mulai
membentuk konsep Fase fonologis. Anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa
mulai mengoceh sampai menyebutkan kata-kata sederhana
2 s/d 7 tahun
Periode Praoperasional.
Anak memahami pikiran simbolik, tetapi belum dapat berpikir logis
Fase Sintaktik.
Anak menunjukkan kesadaran gramatis, berbicara menggunakan kalimat
7 s/d 11 tahun
Periode Operasional.
Anak dapat berpikir logis mengenai benda-benda konkrit
Fase Semantik.
Anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep dalam kata
PADA
AWAL USIA SEKOLAH MERUPAKAN PERIODE BERKEMBANGNYA KREATIFITAS
KEBAHASAAN YANG DIISI DENGAN SAJAK, NYANYIAN, DAN PERMAINAN KATA.
SETIAP ANAK MENCOBA MENGEMBANGKAN PENGGUNAAN BAHASA YANG BERSIFAT KHAS.
ANAK-ANAK BELAJAR MENEMUKAN HUMOR DALAM PERMAINAN KATA(Owen, 1992: 354)
pada
periode usia sekolah perkembangan bahasa yang paling jelas tampak
adalah perkembangan semantik dan pragmatik, di samping mempelajari
bentuk-bentuk baru, anak belajar menggunakannya untuk berkomunikasi
dengan lebih efektif.(Obler, 1985, dalam Owen, 1992: 355)
KEMAMPUAN
META LINGUISTIK , YAITU KESADARAN YANG MEMUNGKINKAN PENGGUNA BAHASA
BERPIKIR TENTANG BAHASA DAN MELAKUKAN REFLEKSI, JUGA MAKIN BERKEMBANG
PADA USIA SEKOLAH. HAL INI TERCERMIN DALAM PERKEMBANGAN KETERAMPILAN
MEMBACA DAN MENULIS.(Owen, 1992: 335)
Pada usia prasekolah
anak belum memiliki keterampilan bercerita secara sistematis. Baru
setelah periode usia sekolah proses kognitif meningkat sehingga
memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih efektif.
Anak mulai mengenal adanya berbagai pandangan mengenai suatu topik.
Mereka dapat mendeskripsikan sesuatu, tetapi masih bersifat personal dan
tidak mempertimbangkan makna informasi yang disampaikan bagi pendengar.
Informasi tersebut biasanya tidak selalu benar karena bercampur dengan
khayalan
Anak berumur lima dan enam tahun menghasilkan
berbagai macam cerita. umumnya berisi tentang hal-hal yang terjadi di
dunia sekitarnya. Cerita-cerita tersebut mencerminkan budaya dan suasana
dan pengembangan yang berbeda-beda. Cerita-cerita tersebut misalnya
penjelasan tentang kejadian. Cerita pengalaman sendiri, dan cerita fiksi
(owens, 1992: 359)
Kemampuan membuat cerita tersebut
hendaknya sudah diperkenalkan kepada anak didik pada usia prasekolah,
meskipun dengan penyederhanaan. Lebih dari itu mereka hendaknya dilatih
mengekspresikan pikiran dan perasaan secara sistematis dan santun.
Pada kelas dua sekolah dasar anak mulai dilatih menggunakan kalimat
yang agak panjang dengan konjungsi: dan, lalu, dan kata depan: di, ke,
dari. Anak sudah dapat dilatih bercerita kejadian secara kronologis.
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBUAT CERITA
ANAK
BERUMUR ENAM TAHUNSUDAH DAPAT BERCERITA SEDERHANA TENTANG SESUATU YANG
MEREKA LIHAT. KEMAMPUAN INI SELANJUTNYA BERKEMBANG SECARA TERATUR
SEDIKIT DEMI SEDIKIT .
PADA USIA TUJUH TAHUN ANAK MULAI DAPAT
MEMBUAT CERITA YANG AGAK PADU. MEREKA MULAI DENGAN MENGEMUKAKAN MASALAH,
RENCANA MENGATASI MASALAH, DAN PENYELESAIAN, MESKIPUN BELUM JELAS SIAPA
YANG MELAKUKANNYA.
PADA UMUR DELAPAN TAHUN ANAK-ANAK
MENGGUNAKAN PENANDA AWAL DAN AKHIR DARI SEBUAH CERITA. KEMAMPUAN MEMBUAT
ALUR CERITA YANG AGAK JELAS BARU MULAI DIPEROLEH ANAK-ANAK PADA USIA
LEBIH DARI DELAPAN TAHUN. STRUKTUR CERITA YANG DIBUATNYA MENJADI SEMAKIN
JELAS.
PERBEDAAN BAHASA ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Anak perempuan
1.
Menghindari bahasa yang berisi umpatan dalam percakapan dan cenderung
menggunakan kata-kata yang lebih sopan: silakan, terima kasih, selamat
jalan, dsb.
2. Ekspresi emosional yang digunakan lebih halus, misalnya: Oh sayangku, Ya Allah, dsb.
3.
Cenderung menggunakan bahasa tidak langsung dalam meminta persetujuan
dan lebih banyak mendengarkan. Perannya dalam percakapan adalah sebagai
fasilitator.
4. Lebih banyak berbicara secara berpasangan dengan teman akrabnya dan saling menceritakan rahasianya
Anak Laki-laki
1. Ekspresi emosional cenderung menggunakan kata-kata kasar misalnya umpatan: sialan, bedebah, dsb.
2.
Cenderung menggunakan bahasa secara langsung dan bersifat memberitahu,
karena laki-laki menganggap perannya dalam percakapan adalah pemberi
informasi.
3. Kurang banyak berbicara, tetapi lebih banyak berbuat.
Pada perkembangan ke tingkat dewasa seorang ayah lebih banyak
menggunakan perintah ketika berbicara dengan anak laki-laki, dan lebih
banyak menginterupsi pembicaraan anak perempuannya.
Selama
periode sekolah sampai dewasa, setiap individu meningkatkan jumlah kosa
kata dan makna khas istilah secara teratur melalui konteks tertentu.
Dalam proses tersebut seseorang menyusun kembali aspek-aspek kebahasaan
yang telah dikuasainya. Hasil dari proses tersebut tercermin dari
kata-kata yang digunakannya, misalnya dengan penggunaan bahasa
figuratif, atau kreativitas berbahasa yang begitu pesat.
Keseluruhan
proses perkembangan semantik dari awal sekolah dasar ini dapat
dihubungkan dengan keseluruhan proses kognitif (owen, 1992: 374).
Ada
dua jenis penambahan makna kata secara horisontal. Anak semakin mampu
memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan makna yang tepat.
Adapun penambahan vertikal berupa peningkatan jumlah kata yang dapat
dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens, 1992: 375)
Kemampuan
anak di kelas-kelas rendah dalam mendefinisikan kata-kata meningkat
dengan dua cara; Pertama secara konseptual dari definisi berdasar
pengalaman individu ke makna yang lebih bersifat sosial atau makna yang
dibentuk bersama. Kedua anak bergerak secara sintaksis dari definisi
berupa kata-kata lepas ke kalimat-kalimat yang menyatakan hubungan yang
kompleks (Owens, 1992: 376)
Bahasa Figuratif memungkinkan
pengguna bahasa menggunakan bahasa secara kreatif, imajinatif, tidak
secara literal, untuk menciptakan kesan emosional atau imajinatif.
Termasuk jenis bahasa ini adalah ungkapan, metafora, kiasan, dan
peribahasa.
Ungkapan, adalah pernyataan pendek yang telah
digunakan bertahun-tahun dan tidak dapat dianalisis secara gramatikal.
Contoh, rumah makan, kamar kecil, makan hati, kepala batu, ringan
tangan, dsb.
Metafora dan kiasan adalah bentuk ucapan yang
membandingkan benda yang sebenarnya dengan khayalan. Perbandingan
dinyatakan secara implisit, misalnya, suaranya membelah bumi. Sedangkan
kiasan sebaliknya, yaitu perbandingan dinyatakan secara eksplisit.
Contoh, dua gadis itu seperti pinang dibelah dua.
Peribahasa
adalah pernyataan pendek yang sudah dikenal yang berisi kebenaran yang
terterima, pikiran berguna atau nasehat. Contoh, Sesal dahulu
pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Menepuk air di dulang terpercik
muka sendiri. dsb.
Bahasa figuratif lebih dapat dipahami dalam konteks daripada secara terpisah
Makna bahasa figuratif disimpulkan pada penggunaan berulang-ulang dalam konteks yang berbeda-beda.
Kejelasan
metaforik, yakni hubungan makna literal dan figuratif akan memudahkan
penafsiran. Contoh, tutup mulut akan lebih mudah dipahami dari pada
makan hati, sedangkan anak berumur 7 – 9 tahun menafsiran peribahasa
secara literal.
Perkembangan Morfologis dan Sintaksis
Perkembangan
bahasa pada periode usia sekolah mencakup perkembangan secara serentak
(simultan) bentuk-bentuk sintaktik yang telah ada dan perolehan
bentuk-bentuk yang baru. Perluasan kalimat menggunakan frase verba dan
nomina. Fungsi-fungsi kata gabung dan kata ganti juga diperluas,
termasuk tambahan struktur bentuk pasif.
Prosesnya diawali
dengan mempelajari bentuk-bentuk morfem yang semula bersifat hafalan,
kemudian diikuti dengan membuat kesimpulan kasar tentang bentuk dan
makna fonem, dan terakhir barulah membentuk kaidah. Proses ini rumit ini
dimulai pada periode prasekolah dan berlangsung terus sampai pada masa
adolesen
Bentuk Kalimat
1. Bentuk pasif dapat dibalik
2. Bentuk pasif tidak dapat dibalik yang pelakunya berupa instrumen
3. Bentuk pasif tidak dapat dibalik yang pelakunya manusia
Contoh:
1. “Ani dikejar Amir” dapat dibalik “Amir dikejar Ani”.
2. “Mangga dilempar dengan batu” tidak mungkin “Batu dilempar dengan mangga”
3. “Buku saya dipinjam oleh Jono” tidak mungkin dibalik “Jono dipinjam oleh buku saya”
TINGKATAN PENGGUNAAN
Anak-anak
biasanya menggunakan bentuk pasif yang dapat dibalik dan yang tidak
dapat dibalik dalam jumlah seimbang, namun sering mengalami kesulitan
dalam membuat kalimat dan menafsirkan kalimat pasif yang dapat dibalik
Bentuk kalimat yang digunakan
Umur 8 tahun lebih banyak menggunakan bentuk pasif yang tidak dapat dibalik
Umur 11 – 13 tahun lebih banyak menggunakan bentuk pasif yang tidak dapat dibalik yang pelakunya manusia,
Penggunaan “dan” pada awal kalimat mulai jarang muncul,
Pada umur 12 tahun mulai sering menggunakan kata penghubung yang menghubungkan klausa “karena”, “jika”, “supaya”.
Catatan:
-
Anak-anak sering mengalami kesulitan dan kebingungan dalam menggunakan
“karena”, “dan”, “lalu”. Sebagai contoh, untuk mengatakan “Saya tidak
masuk sekolah karena saya sakit” sering diucapkan “Saya sakit karena
saya tidak masuk sekolah”
- Pemahaman secara konsisten baru terjadi pada kurang lebih umur 10 sampai 11 tahun.
-
Penggunaan kalimat dengan kata sambung “karena” lebih mudah dipahami
daripada “meskipun”. Contoh, “Saya memakai payung karena hujan” lebih
mudah daripada “Saya memakai payung meskipun hujan”.
Umur/jenjang Perkembangan Membaca
Sebelum 6 tahun Fase pramembaca
Fase 1
6 tahun
Mempelajari
perbedaan huruf dan perbedaan angka yang satu dengan yang lainnya,
sampai akhirnya mengenal huruf dan angka secara keseluruhan.
7 atau 8 tahun
Umumnya
anak telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata
yang diperlukan untuk membaca (pengetahuan ini umumnya diperoleh di
sekolah).
Fase 2
Kelas 3 dan 4
Dapat menganalisis kata-kata yang tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan dan kesimpulan yang didasarkan konteksnya.
Fase 3
Kelas 4 sampai Kelas 2 SLTP
Membaca tidak lagi hanya pengenalan tulisan tetapi pada pemahaman.
Fase 4
Akhir SLTP sampai dengan SLTA
Penggunaan keterampilan tingkat tinggi misalnya, inferensi(penyimpulan), dan pandangan penulis untuk meningkatkan pemahaman
Fase 5
Perguruan tinggi
Dapat
mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dengan pengetahuan yang
dimilikinya, dan menanggapi secara kritis apa yang dibacanya (Owens,
1992: 400-401)
Ada kesejajaran antara perkembangan membaca dan
menulis. Pada umumnya penulis yang baik adalah pembaca yang baik,
demikian juga sebaliknya. Proses menulis dekat dengan menggambar dalam
hal keduanya mewakili simbol tertentu. Namun, menulis berbeda dengan
menggambar. Hal ini diketahui anak ketika berumur sekitar 3 tahun
(Owens, 1992: 403).
Umur/jenjang Kemampuan
6 tahun (kelas 1 dan 2)
- Kurang memperhatikan format, jarak tulis ejaan, dan tanda baca.
- Belum memperhatikan pembaca, dan masih bersifat egosentrik.
Kelas 3 dan 4
- Mulai memperhatikan pembaca,
- Mulai merevisi dan menyunting tulisannya
Pada
periode usia sekolah terjadi perkembangan kemampuan menggunakan kalimat
dengan lengkap baik secara lisan maupun secara tertulis. Terjadi pula
peningkatan penggunaan klausa dan frase yang kompleks serta penggunaan
kalimat yang bervariasi
PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA
Pendekatan
Seperangkat asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat
bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoritis
untuk suatu metode.
Asumsi tentang bahasa bermacam-macam,
antara lain asumsi yang menganggap bahwa bahasa sebagai suatu sistem
komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan adalagi yang menganggap
bahwa bahasa adalah seperangkat kaidah.
Dari asumsi-asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang berbeda, yakni:
1)Pendekatan
yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa berarti berusaha
membiasakan diri menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tekanannya pada
pembiasaan.
2)Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar
berbahasa berartiberusaha untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi
secara lisan. Tekanannya pada pemerolehan kemampuan berbicara.
3)Pendekatan
yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa yang harus diutamakan
ialah pemahaman akan kaidah-kaidah yang mendasari ujaran. Tekanannya
pada aspek kognitif bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan bahasa.
0 Response to "Materi Tahap- tahap Pemerolehan Bahasa"
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan komentar anda, jika ada kesalahan pada artikel yang saya posting, atau ada link mati, gambar hilang, dan jika ada saran untuk kemajuan blog ini, silahkan tulis komentar dibawah ini.... Komentar kalian sangat berarti bagi saya...
Format untuk komentar:
1. Pilih profil sebagai Name/URL
2. Isikan nama anda
3. Isikan URL (Blog/Website/Facebook/Twitter/Email/Kosongin)
4. Isikan komentar
5. Poskan komentar