Menyonsong panggung demokrasi 2014 mendatang, partai-partai gencar
mempersiapkan amunisi dan kader-kader terbaiknya untuk bertarung. Di
momen ini pula, rumah sakit dan kantor Badan Narkotika menjadi tempat
paling ramai dikunjungi.
Hal ini dikarenakan setiap
caleg dimintakan surat keterangan kesehatan. Di tengah ramainya para
caleg antrian, aku tersenyum malu menatap mereka yang tak sabar menanti
giliran. Selain itu, hal yang membuatku makin merasa malu adalah aku
yang paling mudah dari deretan caleg yang ada. Betapa tidak, dengan
umur 23 tahun, mahasiswa salah satu Universitas di Gorontalo dan baru
tahap semester enam, harus menjadi kontestan di momen pembangunan bangsa
5 tahun ke depan.
Gara-gara
umur yang terlalu muda, nyaleg di PKS menjadi kontroversi di dalam
keluargaku. Ayah dan Ibu memintaku untuk menyelesaikan studi terlebih
dahulu dan setelahnya menjadi guru saja. Mereka mau aku jadi PNS dan
hidup bahagia, menikah serta berdedikasi terhadap
pekerjaan saja. Buat apa harus berususah-susah menjadi caleg. Sarjana
itu sudah bisa mengisi kebutuhan kelurga. Menjadi caleg itu masa depan
tidak jelas. Jika tidak terpilih menjadi orang susah, kalau terpilih ya!
Syukur. Itulah sekelemut alasan yang dilontarkan kelurgaku saat
awalnya mulai memberikan pemahaman awal tentang niat menjadi caleg.
Berminggu-mingu
argumentasi kelurga tak mampu kujawab. Kegalauan itu kemudian
mengantarkanku pada ustad yang merupakan guru spritualku dalam memaknai
hidup. Dia adalah ustad yang hidup dengan cara yang sederhana. Lahir tak
pernah merasakan kasih sayang sosok ayah, dan rela meninggalkan gaji
empat juta lebih hanya untuk memperjuangan da’wah PKS di parlemen.
“Afwan
Ustad, Sebenarnya Ana bingung harus bagaimana? Orang tuaku
menginginkanku menjadi PNS, menikah dan kemudian hidup bahagia bersama
keluarga. Meraka tak ingin Ana menjadi caleg. Karena masa depan caleg
itu tidak jelas katanya”. Kataku sambil menarik nafas dalam-dalam.
“Begini
Akh, Wajar jika kemudian orang tua antum mengatakan demikian, sebab
mereka tak ingin antum hidup susah. Tapi ana sarankan antum berikan
pemahaman kepada orang tua Antum bahwa perjuangan PKS bukan semata-mata
karena materi. Tetapi Perjuangan PKS karena ideologi. Perjuangan kita
untuk menyelamatkan Ummat ini. Cobalah antum lihat kehidupan Ana. Jika
tujuannya Ana dari awal masuk PKS karena materi, mungkin gaji 4 jutaan
ini sudah cukup bagi kelurganya Ana. Tapi apakah dengan gaji 4
jutaan ini bisa membuat hidupnya Ana bahagia?” tidak Akh ! Ana harus
pikirkan juga kebahagiaan rakyat juga. Terlebih lagi nasib Anaknya Ana.
Bagaiamana nanti kondisi anaknya ana jika harus menjalanji aturan prodak
yahudi. Apakah ana rela biarkan mereka tertindas oleh hukum yang hanya
merontokkan iman mereka? Sehingga tidak ada lasannya untuk tidak
mendaftar caleg akh. Itulah beberapa alasan mengapa ana harus
meninggalkan gaji empat jutaan. Semuanya untuk kebahagiaan ummat Akh,
bukan pribadi.”
Tak
terasa Beningnya air mata yang begitu hangat melintasi pipiku. Mataku
langsung menatap langit yang memerah melebarkan jubahnya di angkasa.
Lantuan Istigfar mengejar cahaya yang kian lenyap. Hatiku makin kokoh
maju sebagai kandidat caleg.
“Insya
Allah Ustad, Do’akan Ana agar diberikan kekuatan untuk menyampaikan hal
ini kepada orang tuan. Do’kan pula mereka bisa menerima apa yang bisa
kujelaskan.” Kataku mantap dan segera berdiri untuk bersiap-siap sholat
magrib. Kami pun menuju masjid di depan tak jauh dari rumah tempat kami
curhat-curhatan. Suara Azan magrib yang berkumandang terasa menyentuh
hati. Hati ini yang awalnya penuh kegelisan menjadi lebih tenang dan
siap menghadapi tantangan yang ada.
Setelah
sholat magrib, aku pun pamit pulang dan menuju rumahku. Saat itu, ayah
sibuk menonton acara favotritnya. Aku mendekat dan berusaha membuka
percakapan dengan dana curhat. Meski pun kali pertama mendapatkan
penolakan mentah-mentah.
“ Papa1, ada yang saya mobilang itu. Tapi Insya Allah bisa membahagian ti mama2 dengan ti papa.”
“Apa itu?”
“Saya mo maso caleg PKS boleh?” dahi ayahku mengerut. Kaget dengan pertanyaanku.
“ Baru kuliah? Baru ngana pe sarjana bo somo pake3 di partai? So tidak ba fikir ti papa so tua ngana ini? Tidak usah lagi maso-maso bagitu.”
“Saya
tahu, ti papa suka saya tidak mo jadi susah macam ti papa. Tapi
sekarang kan ti papa so lia. Saya so tidak manangis minta uang. Saya ba
trima gaji masih kuliah. So ada usaha sandiri di kampus. Modal ini saja
saya so bisa hidupi saya pe keluarga. Kalau saya hanya berfikir saya pe
diri, titel sarjana bahasa Inggris so bisa kase hidup saya. Trus, dengan
itu saya akan bahagia? Sementara masih banyak yang susah karena
pemimpin hulahidu4? Saya ti papa pe anak ini tidak akan
pernah bahagia jika masih banyak yang menangis ke laparan di daerah ini.
Do’akan saya bisa maju di 2014. Mau tidak mau ti papa harus restui
saya. Saya so ba daftar di PKS caleg no empat dapil 3 Boalemo”.
Setelah
melewati perjelasan yang anjang, Seketika pelukan hangat sang Ayah
bendarat di tubuhku. Ayah akhirnya paham apa maksudku. Perjuanganku
untuk menjadi wakil rakyat bukan untuk persoalan perut semata. Tapi
perjuangan karena kemaslahatan Ummat.
Besok
harinya, ayah kembali ke Paguayaman pantai untuk menyampaikan ke pada
keluarga untuk bisa mendukungku saat pemilu nanti. Ayah bergegas dan
siap menjadi tokoh yang menopang keberadaanku di pemilihan legislatif
nanti.
Akhirnya,
ayah yang dulunya tangan kanan dari pemenangan partai “kuningan”
berubah haluan menjadi oposisi dan memperkuat barisan PKS. Kini
kelurgaku telah mengenal PKS. Meski pun belum mengetahui
terlalu dalam. Tetapi hal yang tertanam dalam diri mereka adalah PKS itu
kumpulan ustad-ustad dan pemud-pemuda yang semangat. Akhirnya cinta dan
ketulusan akan perjuangan telah memberikan pencerhan kepada kelurgaku.
Pesan
untuk kita semua kader PKS Indonesia, mari kita jaga kepercayaan Ummat
ini sebaik-baiknya. Jangan biarkan mereka meneteskan air mata lagi
karena penderitaan yang berkepanjangan. Sumbangkan tetesan keringatmu
hari ini untuk mata air kebahagiaan mereka di hari esok. Ummat ini butuh
cinta antum semua. Ummat ini butuh rangkulan kasih sayang antum semua.
Ummat ini butuh uluran tangan Antum semua. Mari kita berikan cinta
terbaik yang kita miliki untuk kejayaan Indonesia, kejayaan Islam dan
kejayaan ummat di dunia Amin. Allahu Akbar !
0 Response to "Akhirnya Aku menjadi Caleg Termuda PKS Boalemo"
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan komentar anda, jika ada kesalahan pada artikel yang saya posting, atau ada link mati, gambar hilang, dan jika ada saran untuk kemajuan blog ini, silahkan tulis komentar dibawah ini.... Komentar kalian sangat berarti bagi saya...
Format untuk komentar:
1. Pilih profil sebagai Name/URL
2. Isikan nama anda
3. Isikan URL (Blog/Website/Facebook/Twitter/Email/Kosongin)
4. Isikan komentar
5. Poskan komentar